MUTIARA KEHIDUPAN

man jadda wajada

Jumat, 20 Agustus 2010

Umar bin Abdul Aziz

Saat Umar menerima amanah memegang kekuasaan, sebagai pemimpin Negara, maka dipilihlah sepuluh orang ulama yang shaleh dan terkemuka di Madinah, sebagai anggota majlis penasehatnya.

Saya ajak tuan-tuan berkumpul dalam majelis ini untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dijanjikan beroleh pahala dari Nya. Tuan-tuan akan menjadi pembantu saya dalam menegakkan kebenaran. Atas nama Allah, saya mengharap kepada tuan-tuan, seandainya tuan-tuan melihat tindakan saya nanti bertentangan dengan aturan dan hukum Allah, ingatkanlah saya dan tunjukkan saya jalan yang benar”, ungkap Umar.

Putera Abdul Aziz ini selalu mengawasi setiap etika, norma hukum, dan pelaksanaan nilai-nilai Islam. Ia memimpin umatnya dan membangun kebesarannya bukan dengan kehalusan budi, sikap, kerendahan hati terhadap sesame manusia, yang disertai dengan keadilan, kebijaksanaan serta kasih sayang, tanpa memilih-milih. Sampai Umar menerima tugas yang lebih besar lagi, diangkat menjadi pemimpin (khalifah), yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi.

Isterinya, Fatimah binti Abdul Malik, mengisahkan suatu peristiwa yang dialaminya, yaitu, “Suatu hari aku masuk ke kamarnya, dan kulihat ia sedang susuk di atas tikar sholatnya. Pipinya ditempelkan di atas tangannya, dan air matanya mengalir tanpa henti…"

Lalu, Fatimah bertanya, ”Mengapa engkau menangis seperti ini?”, tanya Fatimah. ”Oh..malangnya Fatimah, aku diberi tugas mengurus seperti ini..Yang menjadi buah pikiranku adalah nasib si miskin yang kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, orang-orang tua renta, janda yang sendirian, orang-orang yang mempunyai tanggungan keluarga yang besar dengan penghasilan yang sangat kecil, dan orang-orang yang senasib dengan mereka di ujung seluruh pelosok negeri, baik di timur maupun barat, di utara mapun selatan.”

Wahai isteriku, aku tahu, Allah Azza wa Jalla akan meminta pertanggungjawaban kepadaku di hari kiamat kelak, sedangkan pembela mereka adalah Rasulullah SAW”, keluh Umar.

Wahai pemimpin, malulah engkau pada Umar, malulah engkau pada Allah SWT. Wallahua’lam bishowab.

0 komentar: