MUTIARA KEHIDUPAN

man jadda wajada

Rabu, 28 Juli 2010

karena persahabatan dan perpisahan itu..penuh perjuangan

~menutup mata untuk mengingat masa silam~

saat itu ramai sekali, penuh kocak dan suasana senang, tanpa beban..
ibarat kupu-kupu yang baru saja mencapai puncak metamorfosa nya..

kupu itu hinggap pada kelopak bunga kamboja,
meski tak seharum melati, tapi kupu senang hinggap disitu..
karena kamboja lebih aman dari pada mawar..

~menyimak dari kejauhan, merasakan banyak getaran~

waktu berjalan, hingga keramaian itu surut
sempat ia kembali berteriak, membuat "saat2 itu kembali hidup"
meski tak sempurna
meski tanpa bagian2 dari puzzle yang pernah tersusun rapi
meski disana ada banyak getaran yang lain

~bersinar dalam beberapa waktu, dan kemudian meredup kembali~

ada kalanya setelah saat2 itu,
ibarat seorang anak kecil mencari ibundanya
dan ketika mereka bertemu, sang anak memeluk erat ibunda, sambil menangis
mengharu biru,
penuh kekuatan
dengan ikatan
sangat kuat

~bahkan setelah meredup, cahaya nya sirna. lenyap. hilang. terbang. menguap~

tanda tanya besar.
memenuhi lubang penuh cerita
berlari menjauh, tapi tetap tak lepas
menembus keinginan untuk mencoba kembali

~sepi, hingga masa setelah silam itu kembail~

Senin, 26 Juli 2010

SOSIS DAN CHICKEN NUGGET GIZI VS MURAH

Pada saat ini perkembangan konsumsi terhadap daging ayam sudah bervariasi. Disamping daging ayam segar, masyarakat bisa memilih daging olahan seperti Nugget, Sosis, Bakso dengan berbagai merk dagang. Untuk mendapatkannya pun sudah semakin mudah, kalau dulu produk-produk frozen tersebut hanya ada di supermarket, maka saat ini produk frozen sudah tersedia di outlet-outlet toko makanan, pasar becek, bahkan di kantin sekolah, di gerobak-gerobak dorong, banyak yang memperjual belikan produk tersebut dalam bentuk gorengan.

Pengetahuan terhadap produk tersebut saat ini sudah sangat baik, dibandingkan 5 tahun lalu. Segmentasinya pun sudah meluas, sosis dan nugget sudah bukan lagi makanan orang kelas atas. Supermarket dan Hypermarket sudah menyediakan Nugget dan Sosis dengan kemasan yang mewah, hingga Nugget dan Sosis Curah dengan harga yang murah. Masyarakat tinggal memilih, tanggal muda beli yang mahal, tanggal tua beli yang curah atau sebaliknya.

Di luar supermarket apalagi, di pasar becek, variasi produk lebih luar biasa. Nugget dan Sosis dengan berbagai merek di tata di freezer dan bahkan hanya di taruh di atas lapak tanpa fasilitas pendingin. Luar biasa, di segmen pasar becek tersebut, lalu lintas perdagangannya tumbuh pesat. Hal teserbut dikarenakan ada beberapa variasi produk yang akhirnya dipakai sebagai komoditi dan dijual kembali di kantin dan di depan sekolah dalam bentuk gorengan. Beribu-ribu Abang Penggoreng memperjualbelikan produk sosis, Tempura, Skalop, Nugget, dan Kornet. Akhirnya para produsen produk frozen pun berlomba lomba memenuhi kebutuhan Abang Penggoreng Sosis.

Perlombaan antar produsen Froozen Food semakin menggelora, ketika permintaan akan produk frozen yang murah dan bisa dijual kembali semakin tinggi. Abang Penggoreng Sosis pun semakin giat bekerja, karena mereka mendapatkan berbagai dukungan dari produsen, begitu juga agen-agen mereka. Semakin lama semakin banyak untungnya. Dan akhirnya mereka punya ide, kalo saja mereka bisa membuatnya sendiri di rumah? Mengapa harus beli ke pabrik?.

Maka dimulailah industri rumah tangga, yang membuat Nugget, Sosis, Sate dan banyak lagi. Asal mereka bisa goreng, dan anak anak suka? Maka untung akan didulang. Maka menjadi sah-sah saja, di depan sekolah anak kita, Abang Penggoreng Sosis tidak lagi menjual sosis beneran. Mereka memilih menjual produk buatan mereka sendiri, dengan rasa gurih, penuh MSG.

Di supermarket pelaku bisnis Frozen Food juga semakin kreatif. Tapi sayang kreativitas mereka tidak diimbangi rasa kasihan terhadap konsumen. Dibuatlah Nugget Curah, Sosis Curah, Dari bahan tepung dengan perasa ayam kuat. Dan tentu saja harganya Murah.


Bagaimana dengan Gizinya?

Perlahan lahan akhirnya konsumen terbiasa mengenal nugget dengan aroma rasa curah yang murah, nugget dan sosis murah dengan bahan baku seadanya, gizi cukupnya. Semakin lama semakin tinggi permintaan produk “seadanya”, semakin bergairah produsen berkreasi dan memenuhinya. Tentu saja jangan tanya gizinya, mereka sudah tidak perlu lagi memakai daging ayam bagus untuk membuat Nugget. Sehingga jadilah Nugget dari kepala leher, Nugget dari tepung dengan perasa ayam. Konsumen mereka adalah Abang Penggoreng Sosis, yang luar biasa bekerja memasarkan kepada anak anak kita.

Dulu ketika awal Abang Penggoreng Sosis masih menjual Sosis, Nugget, Baso yang diproduksi oleh pabrik besar, pastilah nilai gizi dan takaran proteinnya dapat dipertanggung jawabkan. Pabrikan sekelas Japfa Confeed, Charoen Pokphand Indonesia, Sierad Produce dan terakhir Wonokoyo, sangat concern terhadap nilai gizi produk yang diproduksinya. Karena mereka juga mempunyai raw material yang cukup untuk memperduksi Frozen Food. Saat ini Abang Penggoreng Sosis sudah mulai pintar memodifikasi barang jualannya. Mereka menjual tidak hanya sosis, nugget, baso dari pabrikan tersebut, namun mereka menjual : tempura, sate kakap, kornet boneka, karage mawar, nugget donat, yang diproduksi oleh Rumah Tangga. Tentu saja syarat gizi dan higienitas produknya tidak bisa lagi dapat disamakan dengan produksi perusahaan besar.

Frozen Food atau Bukan?

Frozen food sebenarnya produk makanan yang mensyaratkan penyimpanan di tempat beku minus 18 derajat celcius. Dengan model pengawetan tersebut, sedikit diperlukan bahan pengawet atau bahkan tidak perlu lagi ada bahan pengawet. Tentu saja perlakuan terhadap produk frozen sangat istimewa. Mulai dari proses produksinya, penyimpanan di gudang produksi, proses distribusinya, hingga proses penjualan retailnya hingga bagaimana menyimpan produk di tempat konsumen. Sehingga seharusnya frozen food adalah daging ayam olahan yang kualitasnya sama dengan daging segar. Ditambah dengan bumbu yang dapat menambah gairah makan anak anak.

Dengan Frozen Food, seharusnya ibu-ibu rumah tangga selalu dapat menyediakan gizi yang cukup untuk keluarganya. Demikian apabila semua proses produksi, distribusi dan perlakuan terhadap produk Frozen food sesuai dengan standar. Namun saat ini perkembangannya sangat memprihatinkan. Dimulai dari berkembangnya pembuatan Nugget dan produk frozen food sudah dapat diproduksi oleh industri rumah tangga. Tentu saja proses produksinya sangat sederhana. Dan maklum apabila proses pengawetannya tidak lagi melalui Quick Frozening Machine, sehingga benar-benar sempurna pembekuannya. Paling hanya disimpan di suhu frezer Box. Namun menurut pengamatan penulis, produk produk rumah tangga sangat awet di simpan di suhu ruang. Maka pasti di dalamnya di tambahkan pengawet. Jadi proses pengawetannya tidak lagi tergolong frozen food.

Maka dari itu, seharusnya pembaca betul-betul teliti bahwa sebenarnya makanan frozen food (sosis, nugget dan bermacam macam daging olahan further processing meat) seharusnya diawetkan dengan mekanisme pembekuan. Apabila dijumpai di pasar terdapat produk dengan keawetan yang luar biasa, tanpa disimpan dalam suhu yang disyaratkan, maka produk tersebut bukanlah produk frozen food. Dan yang pasti menggunakan bahan pengawet kimiawi.

Pilih Bergizi atau Murah

Untuk memenuhi gizi dan protein dalam konsumsi kelurga, sepatutnya tidak hanya mempertimbangkan harga. Tingkat konsumsi protein hewani (daging ayam) di Indonesia masih sangat rendah. Dengan variasi produk (chicken nugget, sosis, bakso) sebenarnya dapat membantu meningkatkan tingkat konsumsi terhadap daging ayam. Namun sayang sekali terkadang masyarakat masih memiliki kecenderungan mencari produk yang harganya murah, asal masih berasa AYAM. Dan ternyata para produsen terpaksa harus tergoda untuk memenuhi keinginan masyarakat untuk memproduksi barang murah tersebut, dan akhirnya dibuatlah Nugget, Sosis, Baso yang mementingkan RASA AYAM. Dan akhirnya seperti FX Rahardi (di harian KOMPAS), menyebut dan mencurigai bahwa nugget dibuat dari daging ayam sisa, MDM, Tulang.

Jadi akhirnya semestinya FX Rahardi lebih melihat mekanisme Action dan Reaction, mekanisme Supply and Demand, yang tambah lama bertambah menurunkan kualitas. Karena memang produsen sangat mengikuti kemauan konsumen. Karena konsumen juga akhirnya mencari akal untuk mencari produk yang murah, dan tumbuhnya produsen produsen rumah tangga. Dan yang paling menyedihkan, peranan pemerintah (Badan POM) yang pengawasannya sangat lemah. Mereka tidak pernah secara aktif mengikuti perkembangan industri makanan di pasar.

Pemenuhan gizi dan protein memang tidak selalu harus mahal, tapi bahan dan produk yang sehat dan higienis harusnya tetap menjadi pilihan Daging Ayam olahan yang berbentuk Chicken Nugget, Sosis, Baso harusnya diawasi benar oleh Badan POM, agar tidak lagi jauh melenceng dari syarat-syarat kesehatan. Tidak seperti saat ini, Nugget Curah di supermarket yang hanya berisi tepung, dengan perasa ayam, dibiarkan saja di jual dan tanpa ada pengawasan dari Badan Penguji dan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Badan POM mungkin sedang menanggung banyak pekerjaan, sehingga masyarakat dibiarkan mengkonsumsi produk yang sebenarnya bukan daging ayam.

diambil dari http://www.majalahinfovet.com
disusun oleh Drh Agus Rumboko, praktisi perunggasan alimnus FKH UGM

Meniti jalan di kampus

     Perjalanan dakwah memang sangat panjang. Bahkan lebih panjang dari umur pendakwahnya. Perjalanan itu dimulai jauh sebelum kita dilahirkan di dunia ini. Allah telah mengutus Nabi Adam as. Sebagai manusia pertama penyampai risalah dakwah dan dakwah itu akan berakhir hingga hari kiamat tiba. Dakwah adalah menyeru dan mengajak manusia manusia untuk kembali kefitrahnya yakni menyembah dan mengabdi kepada Allah Swt, menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Setiap pembawa risalah membawa amanah dakwah yang sama yakni untuk menegakkan kalimah ”LA ILAHAILLAALLAH” (QS. Al-Anbiya’ : 25).
     Mengingat panjangnya perjalanan dakwah yang harus di tempuh oleh kader dakwah, maka sangat pantas jika Allah mengharapkan orang-orang yang mampu melanjutkan risalah dakwah tersebut. Oleh karena itu, telah hadir sederetan nama-nama yang telah dipahatkan dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran suci para mujahid-mujahid Allah, mulai dari masa ketika Nabi Adam di utus untuk menyampaikan risalah dakwah, sampai hadirnya Rosulullah saw sebagai penutup para nabi yang terdahulu dan bertugas untuk menyempurnakan akhlak manusia. Setelah rosul wafat maka amanah dakwah itu dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar as Shidiq, lalu Umar, Utsman , Ali dan selanjutnya masih banyak lagi nama-nama yang telah terukir dengan tinta emas sebagai mujahid dakwah, yang akhirnya amanah dakwah itu sampai kepada kita untuk mengembannya.
     Kampus diidentikkan dengan tempat berkumpulnya kaum intelektual. Mulai dari intelektual yang terlibat dalam organisasi, pengembangan ilmu pengetahuan, hingga yang hanya menempuh pendidikan biasa di kampus. Dalam perkembangannya kampus menjadi tempat ideologi-ideologi gerakan masyarakat melakukan kaderisasi dan penanaman ideologi masing-masing. Dinamika kampus yang sedemikian rupa, menjadikan kampus sebagai tempat yang strategis dalam mengembangkan kader-kader dakwah , karena dakwah pun membutuhkan orang-orang strategis (intelektual).
     Dakwah adalah suatu proses mengajak manusia kepada kebaikan. Dakwah kampus berarti dakwah yang prosesnya itu berlangsung dalam kampus. Sehingga pengampu dakwah di kampus itu adalah warga kampus , baik mahasiswa, karyawan, dan dosen kampus. Selain itu, masyarakat umum, atau khususnya masyarakat sekitar kampus juga menjadi objek dalam dakwah kampus. Ada perbedaan antara mahasiswa dengan dosen dan karyawan dalam mengampu dakwah kampus . dosen dan karyawan adalah kader dakwah kampus yang masuk ke dalam model dakwah profesi, objek dakwah mereka lebih pada orang-orang yang sesuai dengan profesi mereka. Sedangkan mahasiswa adalah kader dakwah yang langsung bersentuhan dengan objek dakwah yang bisa mencakup seluruh objek dakwah kampus, namun lebih diutamakan mahasiswanya dulu.
     Lebih daripada peran mahasiswa dalam dakwah kampus, kita sadar bahwa dakwah adalah suatu kerja yang terus menerus, bahkan ketika tujuan dakwah itu telah tercapai. Mahasiswa yang berdakwah di kampus akan melanjutkan kegiatan dakwahnya setelah ia selesai dengan perkuliahannya. Oleh karena itu fungsi dakwah kampus untuk para mahasiswa yang mengampu dakwah yang paling penting adalah mempersiapkan mereka untuk memasuki dunia dakwah yang lebih luas lagi, yaitu masyarakat umum. Sangat wajar jika kita sering mendengar bahwa “dakwah kampus itu adalah bagian kecil dari dakwah yang sesungguhnya”. Mahasiswa sebagai kader dakwah dalam konteks dakwah sesungguhnya adalah sedang berada pada masa penempaan menjadi kader dakwah sesungguhnya. Bukan berarti dakwah kampus adalah dakwah main-main. Tidak, bukan itu maksud dari masa penempaan itu. dakwah kampus dan segala dinamika didalamnya adalah gambaran kecil dari bagian dakwah yang lebih besar, dakwah masyarakat. Permasalahan dalam dakwah kampus adalah permasalahan yang levelnya masih berada di bawah dakwah masyarakat. Mengapa? Tentu saja karena objek dakwah yang cenderung lebih homogen dan kepentingan yang lebih sedikit pada dakwah kampus. Tantangan dakwah kampus sendiri lebih pada bentrokan ideologi. Mahasiswa adalah sosok yang menjadi sasaran penanaman ideologi, apapaun bentuk ideologi itu. ini adalah tantangan yang khas di kampus.

targetan hidup...

Bicara soal targetan hidup, sering kali disepelekan. Dengan berbagai alasan, seperti "kan sudah ditakdirkan", atau "yang penting jalani aja.." membuat hidup kurang teratur, dan tidak sesuai harapan. Tak ada salahnya kan, ketika kita merencanakan apa2 yang kita inginkan, walaupun akhirnya nanti, memang Allah-lah yang menentukan. Toh yang namanya ikhtiar, asal itu merujuk pada kebaikan, tak ada yang salah. Lantas, apalagi yang menghalangi?
kemalasan.
Yah, itu penyakit manusia segala umur, segala suku. Pernah ada yang mengatakan, "apa sudah bosen hidup, sampai malas merencanakan masa depan?" ya, buang jauh2 rasa malas itu..ketika kita sudah mencapai apa yang kita inginkan, hasilnya pasti akan bermanfaat untuk kita, dan dapat menambah semangat untuk perencanaan-perencanaan selanjutnya..so, ayo susun dan tata ulang rencana hidup kita untuk hari esok..

Minggu, 25 Juli 2010

Buat donat yuukk..

Bahan A:
11 gr fermipan / gis / saft instan
1 sdt pelembut roti/BP
1 sdt garam
100 gr susu bubuk full cream
100 gr mentega
200 gr gula pasir
500 cc air
3 kuning telur
Vanili secukupnya

Bahan B:
1 kg tepung cakra

Cara:
Campur semua bahan A, aduk hingga merata. Kemudian, masukkan bahan B dan air sedikit demi sedikit, uleni hingga kalis. Diamkan adonan selama ± 10 menit. Setelah itu, buat bulatan-bulatan (dipulung) sesuai selera, diamkan 1 jam (sampai adonan terasa enteng), lalu goreng dalam minyak yang panas.

Hasil: 40 donat

*kalo mau pake meses, mentega yg d pake di aduk2 dulu ya, n ngolesinya kalo donatnya dah ga panas...^^

Jumat, 23 Juli 2010

millet

Indonesia kaya akan sumber bahan pangan baik umbi-umbian maupun serealia seperti ubi kayu, ubi jalar, ganyong, kelapa, sagu, sorghum, cantel, millet. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber bahan pangan lokal, namun impor gandum terus dilakukan dan terus meningkat tiap tahunya. Untuk menurunkan impor gandum perlu adanya substitusi atau pengganti gandum, Selama ini telah banyak dilakukan penelitian substitusi terigu dari bahan dasar lokal seperti ubi kayu, ubi jalar, koro-koroan, sorghum dan sebagainya. Namun penelitian tentang millet itu sendiri belum banyak dilakukan khususnya di Indonesia.
Millet adalah sejenis serealia berbiji kecil yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka bercocok tanam padi. Millet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman millet sendiri tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengenal millet sebagai sumber pangan sehingga selama ini tanaman millet hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal di luar negeri millet sudah dimanfaatkan sebagai bubur, mie, dan kue kering. Bahkan, makanan tersebut mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan makanan yang terbuat dari tepung-tepung lain.
Menurut Ir. Hj. Rusdayani Amin,MS, tanaman millet tersebar hampir di seluruh Indonesia seperti pulau Buruh, Jember, termasuk di Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Tanaman ini sangat mudah untuk dibudidayakan karena ditanam pada lahan-lahan ladang penduduk dengan cara tanah yang gembur ditaburi dengan biji millet. Tanaman ini tidak memiliki musim dan bisa ditanam sepanjang tahun dengan mempertimbangkan kondisi pertumbuhannya. Selain itu juga tidak membutuhkan jenis tanah khusus. Oleh karena itu bisa ditanam dimana saja dengan cara ditabur. Dari segi ekonomi tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi, dalam pemeliharaannya sederhana karena tidak membutuhkan pestisida dan bahan kimia lainnya. Millet bisa hidup pada kesuburan tanah yang rendah, kelembaban rendah, dan kondisi lingkungan yang panas. Millet mempunyai masa tumbuh yang pendek dan produktivitas lebih tinggi pada kondisi lingkungan yang panas dan musim kering.
Millet menempati urutan ke-enam sebagai biji-bijian paling utama dan dikonsumsi 1/3 penduduk dunia (Karen, 2007). Millet merupakan salah satu sumber utama penyedia energi, protein, vitamin dan mineral; kaya vitamin B terutama niacin, B6 dan folacin juga asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, fenilalanin dan treonin serta mengandung senyawa nitrilosida yang sangat berperan menghambat perkembangan sel kanker (anti kanker), juga menurunkan resiko penyakit jantung (arteriosclerosis, serangan jantung, stroke dan hipertensi). Biji millet mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras. Millet memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 60 % (Malleshi, Desikacher, & Tharanathan, 1986). Potensi tanaman ini belum sepenuhnya dimanfaatkan seperti serealia lainnya, seperti gandum, beras, dan jagung. Pada umumnya serealia bisa dimanfaatkan/diolah menjadi produk roti, baik roti tawar maupun biskuit.
Biskuit merupakan produk pangan yag dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan dapat di produksi dalam skala industri (Hubies, dkk). Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan.
Biskuit banyak disukai oleh seluruh lapisan masyarakat baik dari balita hingga orang dewasa. Biskuit merupakan produk pangan yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan dapat di prodksi dalam skala idustri (Hubeis dkk., 1997). Namun penelitian mengenai pembuatan biskuit dengan bahan baku millet sebagai substitusi terigu masih belum banyak di lakukan di indonesia. Kandungan serat pada millet cukup banyak, sehingga perlu di kembangkan mengenai pemanfaatan millet sebagai produk pangan.

Kamis, 22 Juli 2010

MSG,,bahaya atau tidak??

buka link ini aja ya...^_^
 http://www.facebook.com/notes/bso-pengabdian-masyarakat-himaghita/penyedap-rasa-tak-selamanya-bahaya/411853359925

Kamis, 15 Juli 2010

HIMAGHITA...

Jumat, 09 Juli 2010

Ada apa dengan-nya???

Teringat dalam pikiran saya, bahwa hidup ini....
"Jangan banyak menuntut, lebih baik introspeksi diri, apa yang sudah kau berikan, jangan hanya menuntut apa yang akan diberikan padamu, karena untukmu, lebih baik kau peroleh esok, ketika habis sudah kesempatanmu beramal di dunia..Lalu, jangan pula kau menyalahkan orang lain, atas kegagalan, atau belum tercapainya kesempatan itu untukmu, karena bisa jadi, kau yang belum maksimal, atau jangan-jangan, niatmu tak lurus, yang tak ikhlas, atau bahkan, kerjamu hanya untuk si dia, atau mereka..?? Cobalah untuk membuka mata, hati, dan pikiran, bahwa semua ini bukan hal instan, bukan untuk senang-senang, atau sekedar "mampir" saja..Cobalah, untuk sekedar merenungi, apalah arti semua ini, apa pula maksud dibalik nya, sampai tiba di penghujung kesempatan nati, ketika tak ada lagi nafas yang berhembus..."

Yah, mungkin seperti itu, sedikit gambaran dari kehidupan fana ini,..yang entah mengapa, masih banyak sekali, yang belum memahaminya, atau memahami tapi tak mau tau, tak ingin menyadarinya...Ah, siapkah kita tertimpa musibah, tanpa ada tabungan amal? Sungguh, akan sangat merugi nantinya, di dunia, maupun ketika kita diadili esok...

Amanah ini...
Bukan sebuah "permainan", bukan pula sebuah "musibah"...Saya yakin itu...
Lalu, bagaimana pula menghadapinya?? Ketika rasanya, amanah itu terasa berat, ketika semangat itu mengendur, ketika banyak hal tak diharapkan terjadi, ketika merasa sendiri....
Masih tersadar, apa yang kau lakukan, bukan karena dia (pemimpin, teman-teman, atau manusia lain)..tapi karena Dzat yang memberikan amanah ini kawan...yah, itulah yang terus mengingatkan, memperbaiki niatan-niatan kita...Rabb, jika memang seperti ini adanya, jadikan semua dalam ridhoMu...hanya ini yang kami harap...Jikalau tak ada lagi kuasa kami sebagai makhluk kecil tak berdaya ini...

Semangat kalian, usaha kalian, serta apa-apa yang telah kalian lakukan, adalah sebuah tabungan...Meyakini hal itu, semoga bisa menambah semangat, meleburkan ketakutan-ketakutan yang hanya ada di dunia fana ini...hmmmm...