MUTIARA KEHIDUPAN

man jadda wajada

Minggu, 31 Oktober 2010

Jalan dan Tujuan


Tujuan dan jalan merupakan satu paket untuk mengidentifikasikan jati diri mereka. Tujuan tanpa jalan akan membingungkan, dan jalan tanpa tujuan jelas bikin linglung. Jadi semestinya tidak ada yang menyanggah soal ini.
Tapi, dalam kehidupan kita hari ini, tujuan dan jalannya sudah tak lagi menjadi satu paket yang saling menjelaskan. Buktinya, ada orang yang mengajak kita ke sebuah tujuan tetapi dengan jalan yang menghancurkan dirinya sendiri. Ada juga orang yang mengajak kita menyusuri sebuah jalan tetapi dengan tujuan yang tidak bisa menerima jalannya itu.
Coba,  mari kita bergabung dengan teman-teman yang mengajak kita ke surga. Kita tentu sepakat, surga adalah tujuan yang baik, tujuan semua orang. Akan tetapi, ketika kita menapaki jalan yang mereka tunjukkan kita mulai bertanya, benarkah surga dapat dicapai dengan jalan yang mereka tunjukkan, yakni dengan jalan memakan buah kuldi yang jelas-jelas Allah melarang untuk memetiknya? Mungkin kita pernah ditawari sekejap surga dalam sebutir pil, dan menjadi tahu seperti apa surga yang diraih dengan jalan menenggak pil itu.
Tentu saja sebadung-badungnya kita, senakal-nakalnya kita, pastilah kita mengingkan surga sebagai akhir hidup kita. Tetapi pernahkah kita bertanya tentang surga itu ketika kita sedang  menapaki jalan yang sama sekli tak bisa menuntun kita kesana? Mengapa  kita hanya mau tahu tujuannya saja, tanpa pernah mau tahu dengan jalan yang kita tempuh? Apakah jelas akan mengantar kita ke tujuannya??
Jadi,,, kita harus mengetahui betul apakah jalan yang kita tempuh menjamin tujuannya dan tujuan yang sedang kita capai memang merupakan pasangan dari jalannya. Tanpa begini, kita hanya akan menjadi korban yang salah tujuan dan tujuan yang salah jalan.
Janganlah kita terpedaya nikmat dunia yang hanya menawarkan kenikmatan maya, yang membuat kita gelap mata, bisa-bisa pikiran kita pusing dibuatnya. Marilah kita menjadikan hari esok yang lebih baik dari pada hari ini. Kita songsong hari esok dengan segala amal perbuatan dan bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan, yang akhirnya membawa kita ke surgaNya. Ingat, rasa syukur itu yang kita curahkan tidak sebanding dengan limpahan rahmatNya (fie).  
Wallahua'lam bisshowab

Selasa, 12 Oktober 2010

Bingkai Kehidupan

Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan


Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah,
Kan menjadi saksi pengorbanan


Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur'anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
Al Mautu fi sabilillah, asma amanina


Allah adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur'an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah,
Cita-cita kami tertinggi


Mengarungi samudra kehidupan,
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan,
Tiada masa tuk berpangku tangan


Setiap tetes peluh dan darah,
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah,
Kan menjadi saksi pengorbanan


Allohu ghoyatuna
Ar Rosulu qudwatuna
Al Qur'anu dusturuna
Al Jihadu sabiluna
AlMautu fi sabilillah, asma amanina


Allah adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami
Alqur'an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah,
Cita-cita kami tertinggi
Cita-cita kami tertinggi

Jumat, 08 Oktober 2010

IDENTITAS, IDEALITA DAN REALITA REMAJA MUSLIM


Akhir-akhir ini, persoalan remaja jauh lebih rumit dari satu atau dua dekade yang lalu. Dulu orang tak mengenal remaja trek-trekan, mengenal pil psikotropika, video prono atau tawuran pelajar. Dalam lingkungan yang demikian “menyedihkan, kemudahan dan kenikmatan”, remaja hanya menjadi sasaran pasar produk-produk yang membahayakan. Tak ayal lagipara orang tua merasakan kecemasan dan rasa prihatin melihat kenyataan dunia remaja kita. Namun demikian, remaja kita juga tidak sedikit yang mampu bertahan hidup dengan nilai yang baik.

Karakteristik Remaja
Sebagai remaja, menurut Gunarsa (1991) mengatakan ada 10 ciri yaitu:
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kelakuan dalam gerakan yang menyebabkan timbul perasaan rendah diri, acapkali terlihat perilaku berlebihan (over acting) untuk menutupi perasaan tersebut dan memenuhi kebutuhan bergaul.
2.      Terdapat ketidak-seimbangan secara keseluruhan emosi yang labil. Berubahnya emosional dan berubahnya suasana hati.
3.      Terdapat perombakan dalam petunjuk hidup, sehingga sering remaja menjadi umpan/mangsa bagi individu yang tidak tanggung jawab.
4.      Terdapat sikap menentang orang tua / orang dewasa yang menunjukkan ketidaktergantungan pada orang tua.
5.      Remaja ingin melepaskan diri dari ketergantungan orang tua tapi dilain pihak masih ingin mengecap kasih sayang orang tua.
6.      Kegelisahan, keadaan tidak tenang dan banyak keinginan yang tidak sanggup dipenuhi semua.
7.      Masa eksperimentasi / keinginan besar yang mendorong remaja melakukan segala perbuatan/ kegiatan orang dewasa.
8.      Eksplorasi keinginan untuk menjelajah alam sekitar (mendaki gunung / berpetualang, dsb).
9.      Banyak fantasi dan khayalan dan banyak hal tidak tercapai dapat dicapai dengan fantasi tersebut.
10.  Kecenderungan berkonfrontasi / membentuk kelompok bersama.

Sebuah Penyadaran
Melihat perilaku para remaja dan adanya indikasi fenomena perubahan sosial lingkungan, muncul suatu kekhawatiran akan ”kebenaran” perilaku remaja apabila tidak terbingkai dengan frame yang benar. Dan kita sebagai seorang muslim mempunyai pegangan hidup yaitu Al Qur’an dan As Sunnah. Islam merupakan agama yang paripurna, artinya seluruh aspek kehidupan manusia tidak ada yang lepas dari aturan Islam.
Kiat-kiat yang harus dilakukan remaja muslim dalam menghadapi kegamangan hidup antara lain:
1.      Selalu berpegang pada Al Qur’an dan As Sunnah yang merupakan satu-satunya rujukan yang dapat mengungkap semua kepelikan hidup.
2.      Bersikap kritis dan tidak ”membeo” (taqlid), mampu memilah-milah mana yang benar dan salah (QS. 26:69, 82). Apalagi di saat sekarang ini antara yang haq dan yang bathil terlihat transparan sekali.
3.      Menjadi penerus perjuangan menegakkan risalah Islam. Remaja hendaklah menjadi pilar penegak dakwah. Generasi yang sadar akan tugas tanggung jawabnya menjadi generasi idaman (QS. 52:21).
4.      Siap menjadi generasi tatkala kopndisi masyarakat jauh dari nilai-nilai kebenaran, atau dapat pula ikut serta membenahi kondisi moralitas umat.

Untuk dapat melakukan hal-hal tersebut di atas, butuh bekal untuk membingkai pemikiran dan perilaku kita antara lain:
1.      Membina diri dengan pembinaan yang islamai yang sesuai dengan futrah insaniyah kita (Al Qur’an dan As Sunnah), pelan tapi pasti, seimbang antara pikir, dzikir, dan dzahir.
2.      Selalu belajat-r menuntut ilmu agar bijaksana dalam melangkah.
3.      Berbenah diri agar mempunyai kepribadian yang tangguh, tidak mudah terprovokasi, siap memimpin tetapi juga siap untuk dipimpin.

-Fa-
(from wickz)

Kunjungan industri ke pabrik susu...

 Perjalanan ke Boyolali...







Pabrik susu CV. Cita Nasional...