MUTIARA KEHIDUPAN

man jadda wajada

Jumat, 23 Juli 2010

millet

Indonesia kaya akan sumber bahan pangan baik umbi-umbian maupun serealia seperti ubi kayu, ubi jalar, ganyong, kelapa, sagu, sorghum, cantel, millet. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber bahan pangan lokal, namun impor gandum terus dilakukan dan terus meningkat tiap tahunya. Untuk menurunkan impor gandum perlu adanya substitusi atau pengganti gandum, Selama ini telah banyak dilakukan penelitian substitusi terigu dari bahan dasar lokal seperti ubi kayu, ubi jalar, koro-koroan, sorghum dan sebagainya. Namun penelitian tentang millet itu sendiri belum banyak dilakukan khususnya di Indonesia.
Millet adalah sejenis serealia berbiji kecil yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Tenggara sebelum mereka bercocok tanam padi. Millet termasuk tanaman ekonomi minor namun memiliki nilai kandungan gizi yang mirip dengan tanaman pangan lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman biji-bijian yang lain karena tanaman millet sendiri tergolong ke dalam jenis tanaman biji-bijian. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengenal millet sebagai sumber pangan sehingga selama ini tanaman millet hanya dijadikan sebagai pakan burung. Padahal di luar negeri millet sudah dimanfaatkan sebagai bubur, mie, dan kue kering. Bahkan, makanan tersebut mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan makanan yang terbuat dari tepung-tepung lain.
Menurut Ir. Hj. Rusdayani Amin,MS, tanaman millet tersebar hampir di seluruh Indonesia seperti pulau Buruh, Jember, termasuk di Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Tanaman ini sangat mudah untuk dibudidayakan karena ditanam pada lahan-lahan ladang penduduk dengan cara tanah yang gembur ditaburi dengan biji millet. Tanaman ini tidak memiliki musim dan bisa ditanam sepanjang tahun dengan mempertimbangkan kondisi pertumbuhannya. Selain itu juga tidak membutuhkan jenis tanah khusus. Oleh karena itu bisa ditanam dimana saja dengan cara ditabur. Dari segi ekonomi tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi, dalam pemeliharaannya sederhana karena tidak membutuhkan pestisida dan bahan kimia lainnya. Millet bisa hidup pada kesuburan tanah yang rendah, kelembaban rendah, dan kondisi lingkungan yang panas. Millet mempunyai masa tumbuh yang pendek dan produktivitas lebih tinggi pada kondisi lingkungan yang panas dan musim kering.
Millet menempati urutan ke-enam sebagai biji-bijian paling utama dan dikonsumsi 1/3 penduduk dunia (Karen, 2007). Millet merupakan salah satu sumber utama penyedia energi, protein, vitamin dan mineral; kaya vitamin B terutama niacin, B6 dan folacin juga asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, fenilalanin dan treonin serta mengandung senyawa nitrilosida yang sangat berperan menghambat perkembangan sel kanker (anti kanker), juga menurunkan resiko penyakit jantung (arteriosclerosis, serangan jantung, stroke dan hipertensi). Biji millet mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras. Millet memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 60 % (Malleshi, Desikacher, & Tharanathan, 1986). Potensi tanaman ini belum sepenuhnya dimanfaatkan seperti serealia lainnya, seperti gandum, beras, dan jagung. Pada umumnya serealia bisa dimanfaatkan/diolah menjadi produk roti, baik roti tawar maupun biskuit.
Biskuit merupakan produk pangan yag dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan dapat di produksi dalam skala industri (Hubies, dkk). Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan.
Biskuit banyak disukai oleh seluruh lapisan masyarakat baik dari balita hingga orang dewasa. Biskuit merupakan produk pangan yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan dapat di prodksi dalam skala idustri (Hubeis dkk., 1997). Namun penelitian mengenai pembuatan biskuit dengan bahan baku millet sebagai substitusi terigu masih belum banyak di lakukan di indonesia. Kandungan serat pada millet cukup banyak, sehingga perlu di kembangkan mengenai pemanfaatan millet sebagai produk pangan.