MUTIARA KEHIDUPAN

man jadda wajada

Jumat, 20 Agustus 2010

Pasirpun Bisa Menjadi Mutiara

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya karena sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku” kata sang ibu sambil bercucuran air mata. “Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu, kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat,” kata ibunya dengan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasehat bundanya. Ada hasilnya, tapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasehat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun – tahun lamanya.

Tanpa disadari, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh, dan mengkilap pun terbentuk dengan sempurna.

Dirinya kini sebagai hasil derita bertahun – tahun lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang hanya disantap orang

0 komentar: